Empat tahun terakhir ini, Krakatau terus-menerus mengeluarkan letusan. Memang aktivitas gunung ini tidak terlalu membahayakan. Namun orang tetap saja tak bisa melupakan mimpi buruk yang pernah diciptakan Gunung Krakatau pada tahun 416 Masehi dan tahun 1833.
Buku Raja-Raja Jawa (Pustaka Raja) mencatat bahwa pada tahun 338 Saka (416 Masehi), Gunung Krakatau yang pada saat itu disebut Gunung Batuwara pernah meletus hebat. Begitu besarnya kekuatan letusan sehingga membuat P. Jawa dan P. Sumatera yang semula bersatu menjadi terpisah.
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.” . Begutlah kutipan dari Pustaka Raja.
Ada versi yang menyebutkan bahwa letusan itu sesungguhnya tidak terjadi pada 416 Masehi melainkan pada tahun 535 Masehi. Sebab pada tahun 416 tidak ada jejak-jeak geologi yang menunjukan pernah terjadi letusan sehebat itu. Yang mungkin terjadi adalah adanya kesalahan penanggalan.
Letusan tahun 535 M dibuktikan dengan sejumlah catatan dan bukti-bukti geologi. Seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah catatan kejadian di antara tahun 535 - 536 Masehi, ”Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi” .
Dokumen pada masa Dinasti Cina mencatat : “Suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”.
Penelitian menemukan banyak jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang vulkanik pada contoh-contoh batuan inti (core) di lapisan es Antartika dan Greenland. Ketika ditera umurnya : 535-540 AD. Jejak2 belerang vulkanik tersebar pada kedua belahan bumi : selatan dan utara. Benda-benda itu dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunung api di wilayah Equator? Data-data yang berhasil dikumpulkan semua menunjuk ke satu titik di Selat Sunda : Krakatau. Disimpulkan letusan Krakatau Purbalah penyebab semua itu.
Letusan Krakatau Purba begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin setelah terjadinya letusan. Penyakit ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di seluruh dunia.
Segera sesudah letusan dahsyat itu, peradaban dan kota-kota besar dunia mengalami keruntuhan. Di antaranya peradaban Persia Purba, transmutasi dari Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium, dan peradaban South Arabian. Selain itu rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity) tamat, negara metropolis Teotihuacan runtuh, kota besar Maya Tikal musnah, dan peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki jatuh. Kata Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang mahabesar, yang membuat cahaya dan panas Matahari redup selama 18 bulan, dan menyebabkan iklim global mendingin.
EOS Trans American Geographys Union 48/81, F1305 menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 dan menciptakan kawah seluas 40-60 km. Letusan hebat terjadi selama 34 jam, tetapi kemudian berlanjut selama 10 hari dengan kecepatan pelepasan material vulkanik sebesar 1 miliar kg/detik. Gelembung asap yang keluar bersama letusan telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung.
Letusan besar kembali terjadi pada tahun 1833. Berkekuatan 6 skala VEI, letusan tahun itu setara dengan letusan 200 megaton TNT (840 PJ) atau sekitar 13,000 kali letusan bom nuklir yang menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima Jepang selama Perang Dunia II. Letusan Krakatau itu sama dengan empat kali kekuatan Tsar Bomba (50 Mt), bom nuklir terbesar yang pernah meledak.
Letusan tahun 1883 melontarkan sekitar 21 km3 (5.0 cu mi) batu, abu, dan batu apung. Menurut catatan resmi, akibat letusan tahun 1833, sebanyak 165 desa dan kota telah hancur, dan 132 mengalami kerusakan berat. 16) (http://en.wikipedia.-org/wiki/Krakatoa)
Suara letusan terdengar sampai di Perth Australia Barat (sejauh 3.500 km) dan pulau Rodrigues dekat Mauritius (sejauh 4.800 km). Suara letusan itu sangat keras dan memekakan telinga, seolah-olah sumber letusannya hanya berjarak 10 mil. Gelombang tekanan dari letusan terakhir tercatat pada barograph di seluruh dunia hingga 5 hari sesudah letusan. Catatan-catatan itu menunjukan bahwa gelombang kejut dari letusan terakhir bergema sekitar 7 kali putaran dunia. Abu terdorong sampai ketinggian 80 km.
Dua pertiga Kepulauan Krakatau runtuh ke bawah laut, masuk ke dalam dasar suatu ruangan magma yang kosong. Sekitar 23 km persegi dari pulau itu, meliputi semua Gunung Perboewatan dan Danan, runtuh menyisakan sebuah kaldera sekitar 6 km. Pada ketinggian 450 meter, Danan runtuh pada kedalaman 250 meter di bawah permukaan laut.
Runtuhnya Kepulauan Krakatau paska letusan pada 27 Agustus menyebabkan tsunami besar, yang tingginya mencapai 40 m, yang menghancurkan garis pantai sepanjang Selat Sunda. Banyak pulau terdekat terendam air. Begitu terjadi semburan pyroclastic besar, Pulau Sebesi barat laut Krakatau langsung digenangi gelombang laut besar.
Tsunami menerjang semua tanaman, menyeret 3000 orang ke lautan lepas, dan menghancurkan semua tanda-tanda pemukiman manusia. Walaupun berlokasi pada jarak yang tampak aman, 80 km sebelah timur Selat Sunda, ribuan pulau yang letaknya rendah terkubur sedikitnya 2 meter di bawah air laut dan penduduknya harus menyelamatkan diri dengan memanjat pohon.
Ada banyak laporan terdokumentasikan tentang tengkorak manusia yang terapung menyeberangi Lautan India di atas rakit batu apung vulkanik dan terdampar pada pantai timur Afrika, hingga setahun sesudah letusan.
Angka resmi jumlah kematian yang dihitung oleh Pemerintahan Belanda mencapai 36,417 orang. 90 persen di antaranya terbunuh karena tsunami. Namun sumber tak resmi memberikan perkiraan korban meninggal bisa mencapai 120.000 orang.
Temperatur global rata-rata turun sebanyak 1,2 derajat celsius pada tahun-tahun setelah letusan. Pola-pola cuaca menjadi kacau selama bertahun-tahun dan temperatur tidak kembali normal hingga tahun 1888.
Selubung atmosfir yang disebabkan awan Gunung Krakatau menghasilkan efek optik yang spektakuler terhadap 70% permukaan bumi. Selama beberapa tahun sesudah letusan tahun 1883, langit dipenuhi warna-warni yang eksotis, lingkaran cahaya di sekeliling matahari dan bulan, dan pertunjukan luar biasa matahari terbit dan terbenam yang menyimpang dari kebiasaan. Para seniman yang terpesona oleh pertunjukan udara ini menuangkannya di atas kanvas. Lukisan yang ditunjukan di sini adalah berupa matahari terbenam yang ditangkap oleh seniman William Ascroft pada tebing Sungai Thames di London, pada 26 Nopember 1883 (Courtesy dari Peter Francis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar