Perang yang terjadi di berbagai belahan dunia sejak dulu
hingga sekarang, telah melahirkan sejumlah sniper ulung. Siapakah di antara
mereka yang terbaik. Pertanyaan semacam ini tak dapat melahirkan jawaban yang
tunggal. Banyak versi yang dihasilkan karena kriteria yang digunakan berbeda.
Ia adalah seorang tentara Finlandia yang berhasil menorehkan
rekor paling banyak membunuh musuh di medan perang.
Häyhä dilahirkan di kota Rautjärvi yang sekarang dekat
dengan perbatasan Finlandia dan Rusia, dan mulai tugas militernya pada tahun
1925. Tugasnya sebagai sniper dimulai selama musim dingin (1939-1940) ketika
terjadi perang antara Rusia dan Finlandia. Selama konflik Häyhä dapat bertahan
pada temperatur dingin hingga -40 derajat celsius. Dalam waktu kurang dari 100
hari ia tercatat telah membunuh 505 orang, Jumlah korban mati mencapai 542
apabila termasuk yang tidak dapat dikonfirmasi. Di samping pembunuhan dengan
senapan snipernya ia juga tercatat menembak mati sekitar 200 orang dengan
senapan Suomi KP/31 Submachine sehingga total korbannya mencapai 705.
Bagaimana Häyhä melakukan semua ini benar-benar menakjubkan.
Ia pada dasarnya seorang diri sepanjang hari, di tengah salju, menembak
orang-orang Rusia, selama 3 bulan. Tentu saja ketika orang-orang Rusia itu
menemukan tubuh membusuk para tentara yang terbunuh, mereka berpikir begitulah
perang, yang pasti memakan korban. Tapi ketika disebut-sebut ada seorang
laki-laki yang membawa senapan, mereka memutuskan mengambil tindakan.
Pertama-tama mereka mengirim seorang kontra sniper. Ketika kontra sniper ini
terbunuh, mereka memutuskan mengirim sebuah tim yang terdiri dari beberapa
tentara kontra sniper. Ketika mereka semuanya tidak kembali, mereka mengirimkan
seluruh batalion. Namun ternyata mereka semuanya menjadi korban dan tidak dapat
menemukannya. Akhirnya mereka memerintahkan suatu serangan senjata berat, tapi
tidak mendapatkan manfaat. Hayha benar-benar cerdik. Ia dengan sempurna
melakukan penyamaran dengan warna putih. Ia menggunakan senjata yang lebih
kecil disesuaikan dengan bingkainya yang lebih kecil (5ft3) untuk meningkatkan
akurasi. Ia menggunakan suatu teropong besi untuk melihat target yang paling
kecil (sebuah teropong menuntut sniper menaikan kepalanya untuk mengintai). Ia
menyatu dengan salju di depan laras senapannya, sehingga ketika ia menembak
tidak membuat posisinya kelihatan. Akan tetapi akhirnya ia tertembak rahangnya
dengan peluru nyasar selama pertempuran pada 6 Maret 1940. Ia diangkut oleh
tentaranya sendiri yang mengatakan separo kepalanya hilang. Akan tetapi ia
tidak mati dan sadar kembali pada tanggal 13, ketika hari perdamaian diumumkan.
Hathcock memiliki satu rekor misi yang paling mengesankan di
dalam Korps Marinir. Lupakan tentang lusinan kejuaraan menembak yang ia
menangkan, selama perang Vietnam ia
mencatat menembak mati 93 orang. Militer Vietnam menawarkan hadiah
$30,000 bagi yang berhasil membunuhnya karena negara itu telah kehilangan
banyak prajurit di tangannya. Pasaran untuk membunuh prajurit AS oleh NVA
(Angkatan Bersenjata Vietnam Utara) secara tipikal hanya 8 dollar AS.
Adalah Hathcock yang melakukan penembakan paling terkenal
dalam sejarah sniper. Ia menembak dalam jarak yang sangat jauh melewati
teropong sniper musuh, mengena pada matanya, dan membunuhnya. Ketika sedang
memburu sniper musuhnya, (yang sudah membunuh beberapa orang marinir),Hathcock
melihat kilatan sinar yang terpantul dari teropong musuh ia menembaknya dengan
satu tembakan yang paling akurat dalam sejarah. Hathcock beralasan bahwa
satu-satunya cara, apabila kedua sniper saling mengarahkan teropongnya satu
sama lain pada saat yang sama, adalah ia yang pertama harus menembak.
Dalam menjalankan sebuah misi, ia harus merangkak sekitar
1500 yard pada wilayah musuh untuk menembak seorang jenderal komandan NVA.
Memerlukan waktu 4 hari 3 malam tanpa tidur untuk merangkak inci demi inci.
Seorang tentara musuh hampir menginjaknya ketika ia berbaring melakukan
kamuflase dalam suatu padang rumput.
Pada titik yang lain ia hampir digigit ular jika ia tidak berkelit secara
reflek. Ia akhirnya mencari posisi dan menunggu sang jenderal. Ketika jenderal
itu sampai ia sudah siap. Ia menembakan satu peluru dan mengenai dada sang
jenderal hingga mati. Para tentara
mulai memburu sang sniper dan Hathcock harus merangkak kembali untuk
menghindari deteksi. Mereka tidak pernah berhasil menangkapnya. Ia benar-benar
memiliki syaraf baja.
No 3. Adelbert F. Waldron
Ia memegang rekor tertinggi dalam jumlah musuh yang berhasil
ia bunuh dalam sejarah sniper Amerika. Akan tetapi itu bukanlah rekor
pembunuhan yang mengesankan yang membuatnya menjadi salah satu yang terbaik,
tapi juga karena akurasinya yang tinggi.
Mengutip ‘Inside the Crosshairs: Snipers in Vietnam ’ yang
ditulis oleh Kolonel Michael Lee Lanning, dikatakan:
“Suatu siang ia mengendarai sepanjang Sungai Mekong dengan
perahu Tango ketika seorang sniper musuh di pantai menembak perahu. Sementara
semua orang di atas perahu kesulitan menemukan musuh, yang menembak dari garis
pantai yang jaraknya sekitar 900 meter, Sersan Waldron mengambil senapan
snipernya dan menjatuhkan Vietcong dari atas pohon kelapa. (ini dilakukan dalam
keadaan bergerak). Begitulah kemampuan sniper terbaik kita.”
No.4. Francis Pegahmagabow
Tiga kali mendapatkan medali militer dan dua kali luka serius,
ia adalah seorang penembak jitu dan penunjuk jalan, yang telah mencatat
pembunuhan 378 tentara Jerman dan menangkap 300 orang.lebih. Seolah membunuh
hampir 400 tentara Jerman tidak cukup, ia juga mendapatkan medali karena
menyampaikan pesan-pesan melewati hujan peluru pihak musuh yang sangat deras,
Ia juga berjasa membuat usaha bantuan yang krusial ketika perwira komandannya
dilumpuhkan. Ia berlari melewati tembakan musuh untuk mendapatkan lebih banyak
amunisi ketika unitnya sedang berjalan lambat. Walaupun seorang pahlawan ada di
antara tentara sahabat, ia nyaris dilupakan ketika ia pulang ke Kanada.
Bagaimanapun juga ia adalah salah seorang sniper yang paling efektif dalam
Perang Dunia I.
No 5.
Pada Juni 1941, Pavlichenko berumur 24 tahun dan Nazi Jerman
sedang menyerang Uni Soviet. Ia berada di antara para sukarelawan pertama dan
diminta bergabung dengan pasukan infanteri. Ia ditugaskan pada Tentara Merah
Divisi Infanteri ke-25. Dari sana ia
menjadi satu dari 2000 sniper wanita Soviet.
Ia awalnya menembak mati 2 orang dekat Belyayevka dengan
menggunakan senapan Mosin-Nagant bolt action dengan teleskop P.E. 4-power. Itu
terjadi selama konflik di Odessa .
Ia ada di sana 2,5
bulan dan berhasil menembak mati 187 musuh. Ketika mereka dipaksa mencari
lokasi baru, ia menghabiskan waktu 8 bulan berikutnya dalam pertempuran di
Sevastopol di Crimean Peninsula . Di sana
ia tercatat menembak mati musuh sebanyak 257 orang dan karena prestasinya ini
ia dikutip oleh Dewan Angkatan Bersenjatan Wilayah Selatan total telah membunuh
mati musuh sebanyak 309 orang selama Perang Dunia II. Sebanyak 36 di antaranya
sniper musuh.
No. 6 Vasily Zaytsev
Zaytsev mungkin merupakan sniper terbaik di dunia berkat
film ‘Enemy At The Gates’. Itu adalah sebuah film besar. Akan tetapi
kebenarannya hanya sebatas pertempuran Stalingrad .
Tidak ada Spesialis Sniper kontra Nazi dalam kehidupan nyata. Tidak juga untuk
seperti yang terlihat di film. Memang benar Zaytsev dilahirkan di Yeleninskoye
dan dibesarkan di Pegunungan Ural. Nama keluarganya berarti ‘hare‘. Sebelum Stalingrad , ia bertugas
sebagai pegawai administrasi di angkatan Laut Soviet tapi sesudah membaca
tentang konflik di kota ia
menawarkan bantuan secara sukarela di garis depan. Ia bertugas di 1047th Rifle
Regiment. Zaytsev menjalankan sekolah sniper di Metiz factory. Para siswa yang berlatih disebut Zaichata, yang
berarti ‘Leverets’ (Baby Hares). Ini adalah permulaan gerakan sniper di 62nd
army. Diperkirakan sniper yang ia latih telah membunuh lebih dari 3,000 tentara
musuh.
Zaytsev sendiri telah membunuh 242 jiwa antara Oktober 1942
sampai Januari 1943, tapi jumlah yang nyata mungkin mendekati angka 500. Di
antaranya adalah Erwin Kónig.yang disebut-sebut sebagai sniper Wehrmacht dengan
tingkat kecakapan yang sangat tinggi.
Zaytsev mengklaim dalam memoarnya bahwa duel terjadi selama
tiga hari di reruntuhan Stalingrad . Detil
tentang apa yang sebenarnya terjadi tidak cukup jelas, tapi menjelang akhir
periode tiga hari Zaytsev telah membunuh sniper itu dan mengklaim teropongnya
menjadi tropi yang paling berharga. Begitu berharganya tropi ini baginya
menunjukan bahwa orang yang telah ia bunuh pastilah hampir sebaik Zaytsev
sendiri.
No. 7 Rob Furlong
Ia adalah seorang bekas kopral Pasukan Kanada,. Ia pernah
memegang rekor menembak jitu dalam sejarah dengan jarak 1,51 mil atau 2.430
meter.
Ini adalah pencapaian yang menakjubkan yang terjadi pada
tahun 2002, ketika ia terlibat dalam Operasi Anaconda. Tim snipernya terdiri
dari 2 kopral dan 3 kapten. Ketika tim senjata Al-Qaedah yang terdiri dari tiga
orang bergerak ke posisi tepi pegunungan ia mulai membidik. Furlong dilengkapi
dengan senapan McMillan Brothers Tac-50 kaliber .50 dan mengisinya dengan
peluru A-MAX. Ia menembak dan meleset. Tembakan keduanya mengenai rangsel musuh
yang ada di belakang punggungnya. Ia untuk ketiga kalinya menembak, tapi
sekarang musuh tahu ia berada di bawah serangan. Jarak tempuh untuk setiap
peluru sekitar 3 detik karena jauhnya jarak tembakan, waktu yang cukup bagi
musuh untuk berlindung. Akan tetapi kaum militant yang tertegun menyadari apa
yang terjadi begitu singkat sehingga tembakan menghujam dadanya.
Rekor jarak tembak terpanjang dicatat oleh CoH Craig Harrison, yang membunuh pada jarak
2.475 m (2,707 yard). Ia adalah seorang sniper dari Household
Cavalry Angkatan Bersenjata Inggris. Itu terjadi dalam suatu kontak
pada bulan Nopember 2009. Pada peristiwa itu dua orang Taliban bersenjata mesin
terbunuh di selatan Musa Qala di Propinsi Helmand Afghanistan
dengan dua tembakan berturut-turut oleh CoH Harrison dengan senapan jarak jauh Accuracy International L115A3 yang
diisi dengan .338 Lapua Magnum.
Menurut Balistik JBM Ballistics, dengan menggunakan drag
coefficients (Cd) yang dipasok Lapua, L115A3 diperkirakan memiliki
jangkauan supersonik (kecepatan suara 329,3 m/detik) atau 1.375 m (1,504 yard)
di bawah kondisi International Standard Atmosphere pada
ketinggian laut (kepadatan udara ρ = 1,225 kg/m3) dan 1.548 m (1.693 yard) pada
ketinggian 1.043 m (3.422 kaki) (kepadatan udara ρ = 1,1069 kg/m3) dari Musa
Qala. Ini menunjukan bagaimana perbedaan kondisi lingkungan secara signifikan
mempengaruhi perjalanan peluru.
CoH Craig Harrison menyebutkan dalam laporan bahwa kondisi
lingkungan benar-benar sempurna untuk tembakan jarak jauh, tidak ada angin,
udara ringan, pandangan jelas.. Mr. Tom Irwin, seorang direktur Akurasi
Internasional, pabrik senapan L115A3 Inggris mengatakan: “Itu masih masuk akal
akurasi dari jarak 1,500 m (1.640 yard), tapi lebih jauh dari itu keberuntungan
memainkan peranan yang penting.”
Kontras dengan itu, banyak tembakan Koalisi/AS untuk
mendukung operasi di Irak yang jangkauannya jauh lebih pendek, walaupun dalam
suatu insiden penting pada 3 April 2003, Kopral Matt dan Sam Hughes, dua orang
yang tergabung dalam tim sniper Angkatan Laut Kerajaan, yang diperlengkapi
dengan senapan L96 masing-masing
membunuh target dari jarak 860 meter (941 yard). Karena harus dilakukan dalam
pengaruh angin kuat, tembakan diarahkan dengan tepat 17 meter (56 kaki) ke arah
kiri target agar peluru mengikuti angin
No. 9 Sgt Grace
Saat itu, tanggal 9 Mei 1864, Sgt Grace, seorang sniper
Konfederasi, membuat tembakan yang luar biasa dan kematian yang paling ironis
dari seorang target di dalam sejarah. Itu terjadi selama pertempuran Spotsylvania ketika Grace melakukan tembakan dengan
Senjata British Whitworth. Targetnya adalah Jenderal John Sedgwick (lihat foto)
dan jarak tembaknya 1000 yard. Suatu jarak yang sangat jauh kala itu. Selama
permulaan perang, para penembak jitu Konfederasi telah membuat orang-orang
Sedgwick merunduk menyelamatkan diri.
Sedgwick menolak untuk merunduk dan
dikutip mengatakan, “Apa? Kalian mengelak dengan cara seperti ini hanya karena
peluru tunggal? Apa yang kalian lakukan ketika mereka menembak dengan jarak
sejauh itu? Saya malu padamu. Mereka tidak dapat menembak gajah dengan jarak
itu.” Para prajurit tetap berusaha
merunduk. Ia mengulang, “Mereka tidak dapat menembak gajah dengan jarak seperti
itu” Pada tembakan kedua, peluru Grace berhasil menembus tepat pada mata
kirinya. Sedgwick adalah korban pihak Union yang memiliki pangkat
tertinggi di dalam Perang Saudara AS. Mendengar kematiannya Lt. Gen.
Ulysses S. Grant secara berulang-ulang bertanya “Apakah ia benar-benar mati?”.
Apa yang membuat tentara Irlandia ini menjadi besar adalah
bahwa ia telah menembak jenderal Perancis yang hebat, Auguste-Marie-François
Colbert.
Selama pertempuran di Cacabelos pada tahun 1809, Plunkett,
dengan menggunakan Senjata Baker, menembak jenderal itu pada jarak sekitar 600
meter. Dengan menggunakan persenjataan yang sangat tidak akurat pada awal abad
ke-19, ini adalah sebuah pencapaian yang mengesankan, atau kemujuran yang tak
terduga. Plunkett tidak ingin teman-teman tentaranya berpikir ia mencapai
prestasi hanya karena keberuntungan memutuskan untuk menembak lagi sebelum
kembali ke posnya. Ia mengisi senjatanya lagi dan membidik sekali lagi perwira
tinggi yang datang memberikan bantuan pada jenderal. Ketika tembakannya juga
mengenai target yang dibidik, menjadi bukti Plunkett benar-benar seorang
penembak jitu. Setelah itu ia kembali ke posnya untuk menyaksikan wajah-wajah
temannya yang terkesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar