Kamis, 30 Desember 2010

Napoleon Bonaparte


Kaisar Napoleon Bonaparte berasal dari sebuah keluarga bangsawan dengan nama asli Napoleone di Buonaparte (dalam bahasa Korsika Nabolione atau Nabulione). Di kemudian hari ia mengubah namanya menjadi Napoléon Bonaparte yang terkesan lebih berbau Perancis.
Keluarganya semula warga Italia, kemudian pindah ke Korsika pada abad ke-16. Ayahnya, Nobile Carlo Bonaparte, seorang pengacara, yang pernah menjadi perwakilan Korsika saat Louis XVI berkuasa di tahun 1777. Ibunya bernama Maria Letizia Ramolino.
Napoleon merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Ia memiliki seorang kakak, Joseph, dan 6 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline, dan Jerome. Napoleon dibaptis sebagai penganut Katolik beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang kedua, tepatnya tanggal 21 Juli 1771 di Katedral Ajaccio.
Ia lahir di Casa Bounaparte di kota Ajaccio Korsika pada tanggal 15 Agustus 1769, satu tahun setelah kepulauan tersebut dijual dan diserahterimakan Republik Genoa kepada Perancis.
Darah bangsawan, kekayaan, serta koneksi keluarganya yang luas memberikan peluang yang besar bagi Napoleon untuk belajar hingga ke jenjang yang tinggi. Pada bulan Januari 1779 Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah di Autun Perancis untuk belajar bahasa Perancis.
Pada bulan Mei 1779 ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Chareau. Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne ini dalam usia 10 tahun. Di sekolah, ia tak bisa melepaskan logat Korsikanya yang kental sehingga ia sering menjadi bahan cemoohan teman-temannya. Ia terpaksa belajar keras agar dapat berbahasa Perancis dengan lebih baik. Meski menghadapi persoalan dengan bahasa Perancis, Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi.
Kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit Ecole Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu tiga tahun menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.
Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis di Toulon. Prestasinya ini membuat namanya dikenal para pejabat pemerintah dan militer yang berkuasa.
Lebih dari separo hidupnya dihabiskan di medan perang. Ketika masih sebagai prajurit di bawah rezim revolusioner yang masih labil, dia terjun ke medan perang melawan koalisi negara-negara Eropa yang memusuhi negaranya. Ketika dia tampil sebagai penguasa, dia melanjutkan permusuhan itu dan bahkan berambisi menjadi penguasa Eropa.
Dengan segala superioritasnya, dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Namun Napoleon juga manusia. Di tengah kegemilangannya sebagai ahli strategi yang ikut terjun langsung ke medan perang, ia menjadi terlalu percaya diri, sering meremehkan lawan-lawannya dan pernah menyatakan bawah dirinya tak akan pernah salah. Terbukti bahwa ia juga memiliki banyak kelemahan sehingga tak jarang pasukannya ditaklukan lawan-lawannya.
Perang Waterloo adalah puncak dari semua perang yang pernah dijalani Napoleon. Dalam perang yang melibatkan banyak bangsa itu, terjadi adu strategi yang melelahkan antara Napoleon dengan pemimpin perang koalisi, Wellington. Puluhan ribu nyawa melayang dan berbagai kerusakan terjadi. Di sinilah, ia ditaklukan oleh Koalisi Ketujuh yang dipimpin oleh Inggris. Di sini pula karirnya sebagai kaisar sekaligus panglima perang berakhir di tempat pengasingan di Pulau St Helena. Pada tahun 1821, Napoleon meninggal dunia.

Tidak ada komentar:

Recent Post

Artikel Paling Banyak Dibaca Sepanjang Waktu