Pemimpin Wanita Yang Glamour Tapi Populis
Argentina tampaknya ditakdirkan memiliki banyak pemimpin
cantik, glamour tapi populis.. Jauh sebelum muncul nama Cristina Fernandez de Kirchner, telah ada lebih dulu Evita
Peron. Ia seorang bintang panggung yang selalu berpenampilan glamour
dan istri Presiden Argentina pada tahun
40-50-an, Juan Peron.
Ketika suaminya tengah berjuang untuk mendapatkan kekuasaan
sebagai Presiden, Evita ikut aktif berkampanye. Ia keliling ke seluruh negeri untuk
mengkampanyekan pencalonan suaminya. Ia juga memanfaatkan posisinya sebagai
bintang radio untuk kampanye melalui siaran udara.
Sebagai first lady, Evita Peron, aktif menggalang
dukungan bagi kelangsungan pemerintahan
suaminya. Di luar pemerintahan, Evita aktif melibatkan diri dalam pembangunan rumah,
membagikan makanan, memberikan pengobatan, dan pendidikan gratis bagi kalangan miskin.
Upaya yang dilakukan Evita sesuai dengan arah kebijakan
pemerintahan suaminya yang sangat pro buruh dan kalangan tak berbaju (miskin).
Pemerintahan tak segan-segan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan asing
dan membagi-bagi tanah milik arsitokrat kepada rakyatnya.
Karena tindakan-tindakan populisnya Evita Peron sangat populer di
kalangan rakyat. Mereka selalu mengelu-elukan kedatangan Evita. Dan berkat
kepopulerannya itu pula, Evita akhirnya juga didaulat sebagai Ketua partai
peronis yang kemudian menjadi penopang utama kekuasaan suaminya. Sebetulnya ia
juga didaulat menjadi Wakil Presiden, tapi ia memilih menolaknya..
Kalau terhadap kelompok miskin dan buruh suami istri itu
begitu ramah, berbeda halnya terhadap kelompok industrialis dan aristokrasi
(para tuan tanah). Kebijakan-kebijakan pemerintahan Peron seringkali merugikan
mereka. Tak heran kalau mereka sangat memusuhi pemerintahan Peron. Tapi Peron
tetap dapat bertahan dari rongrongan mereka berkat dukungan buruh dan rakyat
yang dikoordinir istrinya..
.
Sayangnya Evita harus meninggal dunia dalam usia muda (33
tahun) karena penyakit kanker. Sepeninggal Evita terbukti Juan Peron tak berkutik melawan
serangan kalangan arsitokrasi dan industrialis yang berhasil menggandeng
militer,
Juan Peron kesulitan mengkonsolidasikan dukungan di kalangan
kaum buruh dan miskin. Akhirnya beberapa saat setelah istrinya meninggal, pada
masa jabatannya yang kedua, ia digulingkan oleh militer dan harus hidup di
pengasingan.
Evita yang bernama asli María Eva Ibarguren dilahirkan pada
7 Mei 1919 dekat kota terpencil Los Toldos, Argentina, sekitar 150 mil sebelah
barat ibukota negara, Buenos Aires. Ia adalah anak terakhir dari lima saudara
hasil hubungan di luar nikah Juana Ibarguren dengan Juan Duarte.
Ayahnya, Juan Duarte,
adalah seorang petani yang cukup berhasil dan memiliki ranch. Dia memulai
bertani di Los Toldos pada awal abad 20 dengan menyewa tanah pertanian La Unión
dengan tujuan untuk membuat usaha pertanian yang bisa mendatangkan kemakmuran.
Dia memiliki posisi yang terhormat di kalangan para
konservatif di wilayah itu. Dia juga menjadi patron dari seorang estancia (tuan
tanah), dan pemimpin dalam perjuangan kekuasaan saat itu.
Juan Duarte diangkat sebagai Deputi Keadilan dan Perdamaian
pada 1908.
Namun Evita hanya sekitar 1 tahun saja bisa menikmati
kehidupan kalangan berada. Ayahnya kemudian menelantarkan ibu Evita beserta
anak-anaknya. Meski demikian Eva dikenal sebagai anak yang sangat peduli dengan
kaum miskin di sekitar rumahnya. Ia sering memberikan makanan dan minuman dan
menghibur orang-orang miskin dengan menyanyi, menari, dan pertunjukan sirkus.
Nasib Evita dan keluarganya berubah ketika dia memutuskan
menjadi bintang sandiwara radio. Dari sini namanya melejit dan dikenal publik
Argentina. Selanjutnya ia pun terjun ke dunia film. Selain itu ia sering
melakukan kegiatan amal, yang mempertemukannya dengan Juan Peron, yang kemudian
menjadi presiden dan suaminya.
Meskipun, raganya sudah mati, namun jiwa Evita tetap hidup
sebagai seorang pahlawan dan legenda yang selalu dikenang rakyat Argentina.
Partai yang pernah dipimpinnya, Partai Peronis sampai sekarang tetap menjadi
ikon perjuangan buruh dan rakyat miskin Argentina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar