Sebelum hancur, kedua kota itu digambarkan sebagai kota yang masyarakatnya mengalami kerusakan
moral yang sangat berat. Pada zaman itu seringkali
terjadi pencurian, perampokan, penganiayaan, dan pemerkosaan. Dan tak kalah
buruk dari itu semua adalah maraknya hubungan seks sesama jenis yang kemudian
memunculkan istilah sodom.
Dengan kondisi kota yang
seperti itulah, maka bencana itu dipercaya sebagai hukuman Tuhan terhadap
masyarakat Sodom dan Gomora. Peristiwa yang terjadi
pada Sodom dan Gomora itu setidaknya memiliki
tiga versi, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam.
Pandangan Yahudi
Pertama kalinya Sodom dan Gomora dicatat dalam Alkitab Ibrani (sama
dengan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen)
sebagai bagian dari wilayah orang-orang Kanaan, keturunan Ham putra Nuh.
Sodom merupakan salah satu bagian dari kota besar Pentapolis yang terdiri dari Sodom, Gomora, Adma,
Zeboim, dan Bela yang juga disebut Zoar). Daerah Pentapolis secara kolektif
juga disebut sebagai "kota-kota Lembah Yordan" karena mereka semua
terletak di tepi Sungai Yordan, di daerah yang merupakan batas selatan
tanah Kanaan.
Dikisahkan di kota Sodom dan Gomora ada tokoh bernama
Kedorlaomer dan sejumlah raja-raja yang suka merampas harta benda rakyatnya.
Karena tahu kejahatannya, ketika Raja Sodom menawarkan untuk memberikan hadiah
kepadanya, Nabi Ibrahim menolaknya.
Kata Ibrahim kepada raja
negeri Sodom itu:
"Aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak akan mengambil apa-apa dari
kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan
dapat berkata: Aku telah membuat Abraham menjadi kaya. ..... (Kejadian 14:22-24)
Dalam Kejadian 18,
Allah memberitahu Nabi Ibrahim bahwa Dia sudah merencanakan pembinasaan kota Sodom dan Gomora karena kejahatan yang
banyak dilakukan di sana. Namun atas rencana
itu, Ibrahim berusaha mencegahnya. Tuhan menyanggupi permintaan Ibrahim dengan
syarat masih ada 50 orang yang benar di kota itu. Lalu Tuhanpun menurunkan
penawaran menjadi 45, 30, 20, dan yang terakhir 10 orang. Ketika target 10
orang yang benar ini tidak tercapai, maka Tuhan benar-benr menghancurkan kedua kota itu.
Dalam kitab Kejadian 19,
dikisahkan bahwa kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lalu kedua malaikat
itu berkata kepada keponakan Nabi Ibrahim, Lot untuk mengungsikan sanak
familinya sebelum kota itu dihancurkan.
Maka keluarlah Lot untuk berbicara dengan kedua bakal
menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan. Katanya:
"Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab Tuhan akan memusnahkan kota ini." Tetapi
ia dianggap oleh kedua bakal menantunya itu cuma bercanda saja.
Ketika
fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot supaya bersegera pergi
meninggalkan kota. Katanya:
"Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya
engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini. Larilah, selamatkanlah nyawamu,
janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di
Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap."
Lot takut kalau harus lari ke pegunungan,
pastilah dia dan keluarganya akan tersusul oleh bencana itu, sehingga mati. Maka
ia pun membawa keluarganya lari ke sebuah kota kecil di dekat Sodom, yang disebut Zoar.
Matahari
telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar, baru Tuhan menurunkan
hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora. Tetapi isteri Lot,
yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam. Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan
di pegunungan. Mereka mengungsi ke dalam sebuah gua.
Ketika
Nabi Ibrahim (Abraham) pagi-pagi pergi memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah
Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas.
Musa mengingatkan bangsanya agar
belajar dari kebejatan Sodom dan Gomora dengan menjauhi yang jahat
dan agar mematuhi perintah Allah. Sejumlah nabi-nabi Israel juga menggunakan kebinasaan Sodom dan Gomora untuk memperingatkan
rakyatnya dan menubuatkan malapetaka bagi mereka yang memusuhi Allah. Nabi-nabi tersebut
termasuk: Yesaya,[12] Yeremia,[13] Yehezkiel,[14] Amos,[15] dan Zefanya.[16]
Pandangan Kristen
Nabi Kristen seperti Simon Petrus,
seorang dari keduabelas Rasul pertama Yesus Kristus
juga memperingatkan mereka yang hidup fasik dengan mengacu pada kebinasaan
kedua kota itu.
Rasul Yudas,
adik Yesus Kristus,
menulis, "Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya,
yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan
yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada
semua orang."
Rasul Yohanes,
yang merupakan salah satu yang terkemuka di antara keduabelas Rasul pertama Yesus Kristus,
menerima wahyu mengenai masa depan yang merujuk kepada nama kota
"Sodom" sebagai nama sandi suatu kota besar yang bejat: Dan mayat
mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani
disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.
Pandangan Islam
Nabi Islam, Luth, yang
juga keponakan dari Nabi Ibrahim juga
memberi peringatan kepada umatnya yaitu,
penduduk Sodom dan Amora untuk memperbaiki tingkah laku
mereka yang menyimpang.
Kisah ini tertulis
dalam surat Hud,
yakni surat ke-11
dalam al-Quran.
Makna utama dari surat Hud ialah cerita-cerita tentang para
nabi yang diutus untuk memberi peringatan dan petunjuk kepada umat mereka untuk
menyembah hanya kepada Allah,
lalu kemudian Allah menghukum mereka karena keingkarannya.
Tentang penyimpangan
perilaku warga Sodom dan
Amor, dikisahkan bahwa Nabi Luth menawarkan anak perempuannya pada penduduk
laki-laki di daerah itu. Tapi mereka mereka lebih
memilih bersama sesama laki-laki daripada perempuan. Digabungkan dengan
keterangan Kitab Injil, Sodom dan Amora dalam Islam juga merujuk
kepada homoseksual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar