Senin, 18 Maret 2013

Aksi Perompak Somalia


Action Perompak Somalia di Atas Kapal

Beberapa waktu lalu dunia dibuat kerepotan menghadapi maraknya aksi bajak laut Somalia. Pada bulan Pebruari 2011 i Perompak Somalia diberitakan telah menyandera sebuah kapal barang besar di lepas pantai Oman, dengan awak 13 orang Iran dan 10 orang India.

Para pejabat Navfor seperti dikutip AFP mengatakan, pembajakan Kapal Sinin di Laut Arab itu terjadi Sabtu malam, 12 Pebruari 2011. Lokasi perompakan berada pada 350 mil laut di timur Masirah. “Pembajakan itu terjadi  ketika kapal itu mengubah arah menuju pantai Somalia", kata mereka.



Kapal berbendera Malta itu telah mengirim sinyal tanda bahaya, yang berarti kapal itu diserang. Sebagai respon pesawat dikirim ke tempat kejadian. Pesawat berhasil memotret dua perahu kecil yang diduga milik perompak di atas kapal itu. Namun sejak itu komunikasi terputus dan tak diketahui bagaimana kondisi para awak kapal tersebut.



Angkatan Laut Uni Eropa mengatakan, Kapal  berbendera Malta itu memiliki berat 52.466 ton. Kapal itu sedang dalam perjalanan ke Singapura dari Uni Emirat Arab (UAE). Para komandan anti-perompakan masih terus mengawasi daerah tersebut untuk mengetahui keberadaan kapal yang dibajak.

Awal Pebruari 2011, perompak Somalia diberitakan menyerang sebuah kapal dagang China, 'Tien Hau'. Menurut Kementerian Dalam Negeri Yaman, saat dirompak kapal itu berada 11 mil laut dari lepas pantai Pulau At Tair di Provinsi Al Hudaydah.



Menurut kesaksian beberapa penjaga pantai Al Hudaydah yang dikutip kementerian itu, para perompak berusaha untuk menangkap kapal dan mengemudikannya ke arah pantai Somalia. Kementerian menambahkan, penyelidikan telah dilakukan terhadap nasib kapal itu dan awak-awaknya, tanpa memberikan rincian lebih jauh tentang hasilnya.



Para perompak bersenjata berat yang beroperasi di Teluk Aden  sering menahan kapal selama beberapa pekan. Mereka baru mau melepasnya setelah mendapatkan uang tebusan yang besar dari pemerintah atau pemilik kapal. Dalam melakukan aksinya, mereka diperlengkapi dengan senjata berat. Sebelumnya, perompak Somalia telah membajak kapal niaga milik Korea Selatan yang melintas di perairan tersebut. Di dalam kapal itu terdapat dua orang warga negara Indonesia.



Aksi gerombolan bajak laut  telah terjadi selama bertahun-tahun. Kalau kita mau sedikit melihat ke belakang, pada tahun 2008 saja sebanyak 88 kapal diserang di kawasan tersebut. Sejauh ini sebanyak 33 kapal dikuasai perompak. Para perompak menggunakan kapal kecil cepat (speed boat) dan melengkapi dirinya dengan senjata Kalashnicov beserta pelontar granat ketika sedang beraksi.



Hampir seluruh kejadian perompakan berlangsung di sekitar Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai link dengan Terusan Suez dan Laut Tengah (laut Mediterania), dimana setiap tahunnya dilewati sekitar 20.000 kapal laut.



Namun ada kalanya aksi pembajakan dilakukan jauh dari Teluk Aden. Seperti yang dilakukan terhadap Kapal Sirius Star yang sedang dalam perjalanan ke AS melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Kapal ini tidak melewati Teluk Aden, tetapi melewati Terusan Suez. Kapal tanker ini kemudian oleh para perompak digiring ke Eyl di utara Somalia. Eyl merupakan tempat berlindung bagi para perompak.



Pembajakan  yang terjadi pada tahun 2008 itu merupakan kasus  terbesar di dunia. Kasus ini membuat dunia kembali dengan serius mencurahkan perhatian pada aksi perompakan di tengah laut yang sangat mengganggu pengirman barang lewat kapal dari satu negara ke negara lainnya..

Kapal Sirius Star merupakan kapal super tanker Arab Saudi yang membawa minyak seharga 100 juta dolar AS. Bersama kapal tersebut juga dibajak satu kapal Ukraina yang membawa peralatan militer dalam jumlah besar. Di dalamnya termasuk 33 tank.



Aksi para perompak yang terjadi  pada tanggal 14 November 2008 itu sungguh spektakuler. Sebab yang mereka sandera adalah  sebuah kapal raksasa berbobot mati 318.000 ton. Ukuran kapal itu 3 kali lebih besar daripada kapal induk milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco. Kapal itu membawa muatan penuh minyak mentah sebanyak 2 juta barrel seharga $ 100 juta AS.



Perompak meminta uang tebusan sebesar 25 juta dollar AS. Mereka siap diserang dan tidak mau melepas kapal yang berawak sebanyak 25 orang (19 orang Filipina, 2 orang Inggris, 2 orang Polandia dan 2 orang Arab Saudi). Para pembajak memberi batas waktu hingga 10 hari. Mereka mengancam kalau tuntutan tidak dipenuhi, mereka akan menghancurkan kapal itu.



Intervensi militer sulit dilakukan (terutama oleh Arab Saudi dan AS). Ini karena menyangkut nasib sandera dan juga sulit dibayangkan apa yang terjadi jika kapal tanker tersebut diledakkan oleh para perompak. Yang pasti bencana besar akan terjadi akibat terbakarnya 2 juta barel minyak yang berada di dalam perut “sang” kapal tanker Sirius.



Setelah dilakukan penyelamatan terhadap kapten kapal AS, Richard Phillips, perompak Somalia masih menawan sebanyak 260 sandera, termasuk sekitar 100 warganegara Filipina yang ada di kapal Ukrania. Dalam peristiwa itu sebanyak 17 kapal perompak ditangkap.



Kalau sang kapten dari Amerika sudah lega karena berhasil lolos dari penyekapan, tidak demikian dengan para awak kapal yang masih tersandera. Mereka yang kebanyakan berasal dari negara berkembang mengalami stres berat. Mereka terus-menerus dilanda ketakutan dibunuh  dalam upaya pembebasan mereka.



Mereka juga khawatir akan nasib anak-anak dan istri mereka, yang berada jauh di daratan jika mereka harus tewas.Sebagian sandera yang selamat mengatakan perompak memukuli mereka, meskipun secara umum perlakuan mereka manusiawi.



Dalam menghadapi pembajakan ini, awalnya pemerintah Arab Saudi secara tegas tak mau berunding dengan perompak. “Pembayaran uang tebusan hanya akan menyuburkan perompakan,” kata Menlu Arab Saudi, Pangeran Saudi al-Faisal. Namun belakangan Arab Saudi terpaksa mengalah dengan menyerahkan uang tebusan yang cukup besar.



Untuk menghindari pembajakan, sebagian pemilik kapal rela menanggung biaya tambahan dengan memutari Afrika Selatan. Mereka juga rela sampai ke tempat tujuan dalam waktu yang lebih lama. Mereka berpikir jalur itu lebih aman daripada harus melewati Teluk Aden masuk ke Terusan Suez dalam pelayaran ke Eropa. Akibat banyaknya kasus pembajakan, premi asuransi telah naik bagi seluruh industri tersebut.



Yang dikhawatirkan masyarakat internasional, aksi-aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden itu menular ke kawasan lain. Keberhasilan para perompak mendapatkan uang tebusan dari aksinya, dipastikan akan membuat para penjahat melakukan aksi serupa di kawasan lain. 



“Saya yakin banyak penjahat dan jaringan kejahatan di Asia menyaksikan peristiwa-peristiwa di Somalia dengan perhatian yang besar,” ungkap Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.



Salah satu wilayah yang bisa menjadi sasaran potensial para perompak adalah Selat Malaka yang terletak di antara  Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera. Wilayah perairan ini merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Selat ini dilayari lebih dari 70.000 kapal pada tahun 2007. Termasuk di antaranya kapal-kapal yang memasok sekitar 80 persen kebutuhan energi bagi Jepang dan China.



Pada tahun 2005 aksi perompakan di Selat Malaka telah merajalela dan menimbulkan keresahan di kalangan para pelaut. Kawasan ini begitu rawan perompakan sehingga pernah dimasukkan sebagai zona (wilayah) risiko perang. Namun upaya terkoordinasi yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk mengatasi perompakan, telah membantu menurunkan jumlah serangan di selat itu sepanjang tahun 2008 ini.



2. Hasil Menggiurkan

Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan  Menurut menlu Kenya, Moses Wetangula, komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia berhasil meraup uang sebesar 150 juta dollar AS pada tahun 2007 lalu. Ini berasal dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang mereka bajak dan sandera.



Menurut beberapa ahli, uang tebusan yang dibayarkan para pemilik kapal selama tahun 2008 berjumlah antara 500.000 dollar AS - 2 juta dolar AS. Itu berasal dari 42 kapal yang ditawan,

Pada awal tahun 2009, perompak Somalia berhasil mengantungi lebih dari 6 juta dolar AS dari pembebasan  kapal super tanker Arab Saudi, Sirius Star, dan kapal Ukraina, MV Faina. Untuk sepanjang tahun itu Perompak Somalia berhasil mengeruk keuntungan sekitar 60 juta dolar dari uang tebusan untuk seluruh kapal yang dibajak. Perompak menanam kembali sebagian uang mereka dalam bentuk kapal dan peralatan yang lebih baik. Mereka juga menghambur-hamburkan uang untuk bermewahan-mewahan, kawin lagi, membangun vila, dan membeli kendaraan yang bagus dan mahal.



Para pemasok dana dan otak perompakan mendapatkan bagian yang lebih besar lagi. Mereka biasanya berusia lebih tua dari perompak yang beroperasi di lapangan. Penguasa lokal juga mengambil bagian guna memungkinkan perompak beroperasi tanpa diperiksa di luar daerah mereka.



Perairan lepas pantai Somalia, memang merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia. Biro Maritim Internasional melaporkan telah terjadi 24 serangan perompak di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.  Sebanyak lebih dari 130 kapal dagang menjadi sasaran serangan atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007.



Perompak dari negara Tanduk Afrika itu saat ini telah menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal. Termasuk di dalamnya pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.



Perang terhadap Perompak

Perompakan yang terus terjadi sudah sampai pada taraf  meresahkan dunia pelayaran internasional. Karena itu banyak negara yang menyatakan perang terhadap perompak. Angkatan Laut Malaysia dalam suatu operasi  berhasil menangkap perompak Somalia ketika akan membajak kapal tangkernya di Teluk Aden..



Operasi itu merupakan bagian dari upaya masyarakat internasional untuk mengatasi pembajakan yang kian merajalela. Hasilnya Angkatan Laut Malaysia berhasil menangkap tujuh tersangka perompak. Para perompak itu dibawa ke Malaysia, dan ditahan di Port Klang. Pengadilan setempat memerintahkan ketujuh warga Somalia itu ditahan selama tujuh hari. Para ahli hukum di Malaysia tengah melakukan kajian apakah ketujuh warga Somalia tersebut bisa dikenai dakwaan.



Kapal tanker yang disewa dan dioperasikan perusahaan Malaysia itu sebenanrya milik perusahaan Jepang. Awak kapal antara lain berasal dari Filipina dan ketika pembajakan terjadi tengah membawa barang dengan tujuan Singapura.



Pada bulan itu juga militer Korea Selatan  melakukan operasi. Mereka berhasil menangkap 5 orang pembajak Somalia.



Lebih dari 12 negara telah menyediakan kapal angkatan laut untuk berpatroli di lepas pantai Somalia sejak akhir 2008. Ini terbukti berhasil menyebabkan penurunan jumlah serangan, terutama di Teluk Aden, tempat patroli dipusatkan. Namun masalahnya, ternyata para perompak dengan berani memindahkan operasi mereka lebih jauh ke Samudra Hindia. Bahkan Dewan Keamanan PBB ikut turun tangan memerangi perompakan. Lembaga PBB paling berkuasa ini telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia terhadap perompak. Namun menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur, kenyataannya kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak bisa berbuat banyak,.



Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang beranggota negara-negara super power juga ikut menurunkan armada patroli untuk memberantas perompak. Seorang juru bicara NATO Senin, 1 Maret 2010mengatakan, kapal perang Denmark, Absalon telah menenggelamkan sebuah "kapal induk" perompak Somalia di Lautan India.



Absalon adalah kapal yang memimpin operasi anti-perompakan NATO di lepas pantai negara Tanduk Afrika, "Kapal itu telah mengacaukan serangan perompak di wilayah perairan Somalia pada hari Minggu dan menenggelamkan sebuah kapal induk", kata juru bicara itu.



Kapal induk perompak biasanya digunakan untuk menggerakkan tim-tim penyerang ke kapal-kapal yang menjadi target. Begitu terlihat kapal yang sedang berlayar, maka kapal-kapal kecil akan segera diberangkatkan dari kapal induk untuk melancarkan serangan. "Ini sebuah operasi yang terlaksana dengan sangat baik," kata Laksamana Christian Rune, komandan misi anti-perompakan NATO.



Kapal NATO mendapat tugas mengacaukan kemampuan bajak laut di lepas pantai dan kamp-kamp perompakan utama mereka. Untuk itu, tambah perwira tinggi angkatan laut itu, tim NATO mengirim sinyal kuat kepada perompak bahwa NATO dan masyarakat internasional tidak mentoleransi aksi merek..

Sampai tahun 2011 ini NATO masih terus mengibarkan perang terhadap perompak Somalia. Pada Sabtu, 12 Pebruari 2011 kapal NATO berbendera Denmark melontarkan tembakan peringatan yang meminta kapal perompak untuk berhenti dan semua penumpangnya menyerah.



Pada Minggu, 13 Pebruari kapal perang NATO berhasil menangkap kapal induk para parompak. Sebanyak 16 tersangka perompak ditahan. NATO juga menemukan banyak senjata di dalam kapal, dan dua warga Yaman yang disandera. "Kapal ini menjadi markas terapung para perompak. Kejahatan mereka sudah sangat meresahkan perdagangan di laut," kata Komandan Haumann dari kapal HDMS Esbern Snare.



Meski perang terhadap perompak telah dikibarkan oleh tentara multinasional, tapi perompakan masih terus terjadi di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini. Kehadiran patroli angkatan laut asing di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi semakin jauh ke Lautan India.



Pemerintah transisi  Somalia yang sedang menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang banyak dilakukan oleh rakyatnya. Mereka terlalu lemah untuk menghadapi para perompak yang dari waktu ke waktu perlengkapannya semakin canggih.



Kenapa Jadi Perompak?

Kenapa perompak Somalia begitu merajalela? Ketika para gembong perang menggulingkan mantan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991, Somalia terperosok ke dalam kekacauan. Tanpa memiliki pemerintan pusat yang kuat, Somalia tak mampu menghalau  gelombang penangkapan ikan secara gelap oleh pihak asing. Ini masih ditambah dengan penimbunan limbah industri dan beracun di perairan Somalia oleh armada asing dari Eropa dan Asia.



Menjelang akhir dasawarsa 1990-an, milisi dan nelayan lokal membentuk beberapa kelompok seperti “Penjaga Pantai Somalia” dan “Penjaga Pantai Relawan Nasional”, guna mengusir atau menawan kapal dari Korea Selatan, Italia, Spanyol, Thailand dan dari negara lain.



Tanpa banyak menemukan kesulitan mereka berhasil menangkap banyak kapal asing. Karena begitu mudahnya menangkap kapal asing, kelompok-kelompok pengawal pantai itu akhirnya berubah menjadi gerombolan bajak laut. Semakin lama cara kerja yang digunakan oleh mereka semakin canggih dan berani. 



Pada awalnya, mereka hanya menggunakan kapal penangkap ikan untuk mendekati kapal besar. Dari kapal ini mereka berusaha memanjat atau melemparkan tali. Dengan dilengkapi senjata api, mereka merampas barang-barang berharga yang ada dalam kapal. Selain itu mereka juga meminta tebusan.



Setelah mendapatkan banyak harta dan uang, mereka membeli kapal cepat, alat pelacak dan senjata yang lebih hebat. Merekapun akhirnya berhasil memiliki kapal induk. Dari kapal induk inilah mereka melepaskan kapal-kapal kecil untuk memburu kapal-kapal yang sedang berlayar. Tentu yang menjadi sasaran adalah kapal yang membawa barang-barang bernilai.



Dari kapal-kapal kecil itu, perompak naik ke kapal sasaran dengan menggunakan pengait serta tangga. Perompak kadangkala melepaskan tembakan melewati buritan guna menakuti-nakuti orang-orang di dalam kapal. Beberapa kapal seringkali berusaha melakukan tindakan pertahanan dengan melakukan gerakan zig-zag di laut atau bahkan menyemprot bajak laut dengan air dengan menggunakan selang bertekanan tinggi.



Kebanyakan kapal tak bisa melakukan pertahanan. Sebab sesuai peraturan kelautan internasional, mereka tidak boleh membawa senjata. Dalam waktu yang relatif singkat biasanya para pelaut itu menyerahkan diri kepada para perompak. Para sandera mengatakan mereka biasanya diperlakukan dengan baik. Bajak laut memandang mereka sebagai orang biasa yang ditangkap dalam permainan yang lebih besar.



Sebagian sandera bersaksi para perompak  menyembelih dan membakar kambing di kapal untuk memberi mereka makan. Kadang mereka menelepon orang yang  mereka cintai di rumah dari kapal yang dibajak.

Meskipun para tetua suku tak setuju dan mengutuk mereka sebagai “tak bermoral”, jumlah perompak terus bertambah. Kini ratusan orang melakukan kegiatan di bawah koordinasi jaringan gerombolan perompak. 



Banyak pemuda miskin dan menganggur di Somalia memandang perompakan sebagai pilihan mempesona bagi hidup mereka yang berat. Dari kegiatan seperti ini mereka bisa mendapatkan uang dengan cepat. Rakyat Somalia akhirnya antri untuk turun ke laut.

Gerombolan bajak laut tersebut umumnya berpusat di desa dan kota kecil di sepanjang garis pantai Somalia, seperti di Eyl, Hobyo dan Haradheere.



Banyak pengamat sependapat bahwa cara terbaik dalam memadamkan perompakan di lepas pantai Somalia ialah dengan mewujudkan kestabilan pemerintahan Somalia. Seperti diketahui selama 18 tahun belakangan ini Somalia telah dikoyak-koyak oleh perang saudara yang melemahkan pemerintahan..



Empat belas upaya guna memperkuat pemerintah Somalia telah gagal sejak 1991. Upaya ke-15 lalu dirintis. PBB. Banyak pihak yang berharap pemerintah Presiden Sheikh Sharif Ahmed, yang didirikan awal 2009, melakukan tindakan yang terbaik untuk mewujudkan perdamaian di Somalia.

Ahmed adalah seorang pemeluk Islam moderat dengan dukungan luas di dalam dan luar Somalia. Tapi ia menghadapi aksi perlawanan pejuang garis keras pro-Al-Qaeda. Pemerintahnya hanya menguasai sedikit bagian ibukota Somalia, Mogadishu.
          

Tidak ada komentar:

Recent Post

Artikel Paling Banyak Dibaca Sepanjang Waktu