Action Perompak Somalia di Atas Kapal |
Beberapa waktu lalu dunia dibuat kerepotan menghadapi maraknya aksi bajak laut Somalia. Pada bulan Pebruari 2011 i Perompak Somalia diberitakan telah menyandera sebuah kapal barang besar di lepas pantai Oman, dengan awak 13 orang Iran dan 10 orang India.
Para pejabat Navfor seperti dikutip AFP
mengatakan, pembajakan Kapal Sinin di Laut Arab itu terjadi Sabtu malam, 12
Pebruari 2011. Lokasi perompakan berada pada 350 mil laut di timur Masirah.
“Pembajakan itu terjadi ketika kapal itu mengubah arah menuju pantai Somalia",
kata mereka.
Kapal berbendera Malta itu telah
mengirim sinyal tanda bahaya, yang berarti kapal itu diserang. Sebagai respon
pesawat dikirim ke tempat kejadian. Pesawat berhasil memotret dua perahu kecil
yang diduga milik perompak di atas kapal itu. Namun sejak itu komunikasi
terputus dan tak diketahui bagaimana kondisi para awak kapal tersebut.
Angkatan Laut Uni Eropa mengatakan,
Kapal berbendera Malta itu memiliki berat 52.466 ton. Kapal itu sedang
dalam perjalanan ke Singapura dari Uni Emirat Arab (UAE). Para komandan
anti-perompakan masih terus mengawasi daerah tersebut untuk mengetahui
keberadaan kapal yang dibajak.
Awal Pebruari 2011, perompak Somalia
diberitakan menyerang sebuah kapal dagang China, 'Tien Hau'. Menurut
Kementerian Dalam Negeri Yaman, saat dirompak kapal itu berada 11 mil laut dari
lepas pantai Pulau At Tair di Provinsi Al Hudaydah.
Menurut kesaksian beberapa penjaga
pantai Al Hudaydah yang dikutip kementerian itu, para perompak berusaha untuk
menangkap kapal dan mengemudikannya ke arah pantai Somalia. Kementerian
menambahkan, penyelidikan telah dilakukan terhadap nasib kapal itu dan
awak-awaknya, tanpa memberikan rincian lebih jauh tentang hasilnya.
Para perompak bersenjata berat yang
beroperasi di Teluk Aden sering menahan kapal selama beberapa pekan. Mereka
baru mau melepasnya setelah mendapatkan uang tebusan yang besar dari pemerintah
atau pemilik kapal. Dalam melakukan aksinya, mereka diperlengkapi dengan
senjata berat. Sebelumnya, perompak Somalia telah membajak kapal niaga milik
Korea Selatan yang melintas di perairan tersebut. Di dalam kapal itu terdapat
dua orang warga negara Indonesia.
Aksi gerombolan bajak laut telah
terjadi selama bertahun-tahun. Kalau kita mau sedikit melihat ke belakang, pada
tahun 2008 saja sebanyak 88 kapal diserang di kawasan tersebut. Sejauh ini
sebanyak 33 kapal dikuasai perompak. Para perompak menggunakan kapal kecil
cepat (speed boat) dan melengkapi dirinya dengan senjata Kalashnicov beserta
pelontar granat ketika sedang beraksi.
Hampir seluruh kejadian perompakan
berlangsung di sekitar Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden
berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai link dengan Terusan Suez dan
Laut Tengah (laut Mediterania), dimana setiap tahunnya dilewati sekitar 20.000
kapal laut.
Namun ada kalanya aksi pembajakan
dilakukan jauh dari Teluk Aden. Seperti yang dilakukan terhadap Kapal Sirius Star yang sedang
dalam perjalanan ke AS melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Kapal ini tidak
melewati Teluk Aden, tetapi melewati Terusan Suez. Kapal tanker ini kemudian
oleh para perompak digiring ke Eyl di utara Somalia. Eyl merupakan tempat
berlindung bagi para perompak.
Pembajakan yang terjadi pada tahun 2008 itu merupakan kasus
terbesar di dunia. Kasus ini membuat dunia kembali dengan serius
mencurahkan perhatian pada aksi perompakan di tengah laut yang sangat
mengganggu pengirman barang lewat kapal dari satu negara ke negara lainnya..
Kapal Sirius Star merupakan kapal super tanker Arab Saudi yang
membawa minyak seharga 100 juta dolar AS. Bersama kapal tersebut juga dibajak
satu kapal Ukraina yang membawa peralatan militer dalam jumlah besar. Di
dalamnya termasuk 33 tank.
Aksi para perompak yang terjadi
pada tanggal 14 November 2008 itu sungguh spektakuler. Sebab yang mereka
sandera adalah sebuah kapal raksasa berbobot mati 318.000 ton. Ukuran
kapal itu 3 kali lebih besar daripada kapal induk milik perusahaan minyak Arab
Saudi, Aramco. Kapal itu membawa muatan penuh minyak mentah sebanyak 2 juta
barrel seharga $ 100 juta AS.
Perompak meminta uang tebusan sebesar
25 juta dollar AS. Mereka
siap
diserang dan tidak mau melepas kapal yang berawak sebanyak 25 orang (19
orang Filipina, 2 orang Inggris, 2 orang Polandia dan 2 orang Arab
Saudi). Para pembajak memberi batas waktu hingga 10 hari. Mereka
mengancam kalau tuntutan tidak dipenuhi, mereka akan menghancurkan kapal
itu.
Intervensi militer sulit dilakukan (terutama oleh Arab Saudi dan
AS). Ini karena menyangkut nasib sandera dan juga sulit dibayangkan apa yang
terjadi jika kapal tanker tersebut diledakkan oleh para perompak. Yang pasti
bencana besar akan terjadi akibat terbakarnya 2 juta barel minyak yang berada
di dalam perut “sang” kapal tanker Sirius.
Setelah dilakukan penyelamatan terhadap kapten kapal AS, Richard
Phillips, perompak Somalia masih menawan sebanyak 260 sandera, termasuk sekitar
100 warganegara Filipina yang ada di kapal Ukrania. Dalam peristiwa itu
sebanyak 17 kapal perompak ditangkap.
Kalau sang kapten dari Amerika sudah lega karena berhasil lolos
dari penyekapan, tidak demikian dengan para awak kapal yang masih tersandera. Mereka yang
kebanyakan berasal dari negara berkembang mengalami stres berat. Mereka
terus-menerus dilanda ketakutan dibunuh dalam upaya pembebasan mereka.
Mereka juga khawatir akan nasib
anak-anak dan istri mereka, yang berada jauh di daratan jika mereka harus
tewas.Sebagian sandera yang selamat mengatakan perompak memukuli mereka,
meskipun secara umum perlakuan mereka manusiawi.
Dalam menghadapi pembajakan ini,
awalnya pemerintah Arab Saudi secara tegas tak mau berunding dengan perompak. “Pembayaran
uang tebusan hanya akan menyuburkan perompakan,” kata Menlu Arab Saudi,
Pangeran Saudi al-Faisal. Namun belakangan Arab Saudi terpaksa mengalah dengan
menyerahkan uang tebusan yang cukup besar.
Untuk menghindari pembajakan, sebagian
pemilik kapal rela menanggung biaya tambahan dengan memutari Afrika Selatan. Mereka
juga rela sampai ke tempat tujuan dalam waktu yang lebih lama. Mereka berpikir
jalur itu lebih aman daripada harus melewati Teluk Aden masuk ke Terusan Suez
dalam pelayaran ke Eropa. Akibat banyaknya kasus pembajakan, premi asuransi
telah naik bagi seluruh industri tersebut.
Yang dikhawatirkan masyarakat internasional,
aksi-aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden itu menular
ke kawasan lain. Keberhasilan para perompak mendapatkan uang tebusan dari
aksinya, dipastikan akan membuat para penjahat melakukan aksi serupa di kawasan
lain.
“Saya yakin banyak penjahat dan
jaringan kejahatan di Asia menyaksikan peristiwa-peristiwa di Somalia dengan
perhatian yang besar,” ungkap Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan
Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Salah satu wilayah yang bisa menjadi
sasaran potensial para perompak adalah Selat Malaka yang terletak di antara
Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera. Wilayah perairan ini merupakan salah satu
jalur laut tersibuk di dunia. Selat ini dilayari lebih dari 70.000 kapal pada
tahun 2007. Termasuk di antaranya kapal-kapal yang memasok sekitar 80 persen
kebutuhan energi bagi Jepang dan China.
Pada tahun 2005 aksi perompakan di
Selat Malaka telah merajalela dan menimbulkan keresahan di kalangan para
pelaut. Kawasan ini begitu rawan perompakan sehingga pernah dimasukkan sebagai
zona (wilayah) risiko perang. Namun upaya terkoordinasi yang dilakukan
Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk mengatasi perompakan, telah membantu
menurunkan jumlah serangan di selat itu sepanjang tahun 2008 ini.
2. Hasil Menggiurkan
Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan Menurut menlu
Kenya, Moses Wetangula, komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia
berhasil meraup uang sebesar 150 juta dollar AS pada tahun 2007 lalu. Ini berasal
dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang mereka bajak dan sandera.
Menurut beberapa ahli, uang tebusan
yang dibayarkan para pemilik kapal selama tahun 2008 berjumlah antara 500.000
dollar AS - 2 juta dolar AS. Itu
berasal dari 42 kapal yang ditawan,
Pada awal tahun 2009, perompak Somalia
berhasil mengantungi lebih dari 6 juta dolar AS dari pembebasan kapal
super tanker Arab Saudi, Sirius Star, dan kapal Ukraina, MV Faina. Untuk
sepanjang tahun itu Perompak Somalia berhasil mengeruk keuntungan sekitar 60
juta dolar dari uang tebusan untuk seluruh kapal yang dibajak. Perompak menanam
kembali sebagian uang mereka dalam bentuk kapal dan peralatan yang lebih baik. Mereka
juga menghambur-hamburkan uang untuk bermewahan-mewahan, kawin lagi, membangun
vila, dan membeli kendaraan yang bagus dan mahal.
Para pemasok dana dan otak perompakan
mendapatkan bagian yang lebih besar lagi. Mereka biasanya berusia lebih tua
dari perompak yang beroperasi di lapangan. Penguasa lokal juga mengambil bagian
guna memungkinkan perompak beroperasi tanpa diperiksa di luar daerah mereka.
Perairan lepas pantai Somalia, memang
merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia. Biro Maritim Internasional
melaporkan telah terjadi 24 serangan perompak di kawasan itu antara April dan
Juni tahun 2008 saja. Sebanyak lebih dari 130 kapal dagang menjadi
sasaran serangan atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007.
Perompak dari negara Tanduk Afrika itu
saat ini telah menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal. Termasuk
di dalamnya pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai
Seychelles.
Perang terhadap Perompak
Perompakan yang terus terjadi sudah
sampai pada taraf meresahkan dunia pelayaran internasional. Karena itu
banyak negara yang menyatakan perang terhadap perompak. Angkatan Laut Malaysia
dalam suatu operasi berhasil menangkap perompak Somalia ketika akan
membajak kapal tangkernya di Teluk Aden..
Operasi itu merupakan bagian dari
upaya masyarakat internasional untuk mengatasi pembajakan yang kian merajalela.
Hasilnya Angkatan Laut Malaysia berhasil menangkap tujuh tersangka perompak.
Para perompak itu dibawa ke Malaysia, dan ditahan di Port Klang. Pengadilan
setempat memerintahkan ketujuh warga Somalia itu ditahan selama tujuh hari. Para
ahli hukum di Malaysia tengah melakukan kajian apakah ketujuh warga Somalia
tersebut bisa dikenai dakwaan.
Kapal tanker yang disewa dan
dioperasikan perusahaan Malaysia itu sebenanrya milik perusahaan Jepang. Awak
kapal antara lain berasal dari Filipina dan ketika pembajakan terjadi tengah
membawa barang dengan tujuan Singapura.
Pada bulan itu juga militer Korea
Selatan melakukan operasi. Mereka berhasil menangkap 5 orang pembajak Somalia.
Lebih dari 12 negara telah menyediakan kapal angkatan laut untuk
berpatroli di lepas pantai Somalia
sejak akhir 2008. Ini terbukti berhasil menyebabkan penurunan jumlah serangan,
terutama di Teluk Aden,
tempat patroli dipusatkan. Namun masalahnya, ternyata para perompak dengan
berani memindahkan operasi mereka lebih jauh ke Samudra Hindia. Bahkan Dewan
Keamanan PBB ikut turun tangan memerangi perompakan. Lembaga PBB paling
berkuasa ini telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia
terhadap perompak. Namun menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur,
kenyataannya kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak bisa
berbuat banyak,.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)
yang beranggota negara-negara super power juga ikut menurunkan armada patroli
untuk memberantas perompak. Seorang juru bicara NATO Senin, 1 Maret
2010mengatakan, kapal perang Denmark, Absalon telah menenggelamkan sebuah
"kapal induk" perompak Somalia di Lautan India.
Absalon adalah kapal yang memimpin operasi anti-perompakan NATO di
lepas pantai negara Tanduk Afrika, "Kapal itu telah mengacaukan serangan
perompak di wilayah perairan Somalia
pada hari Minggu dan menenggelamkan sebuah kapal induk", kata juru bicara
itu.
Kapal induk perompak biasanya digunakan untuk menggerakkan tim-tim
penyerang ke kapal-kapal yang menjadi target. Begitu terlihat kapal yang sedang
berlayar, maka kapal-kapal kecil akan segera diberangkatkan dari kapal induk
untuk melancarkan serangan. "Ini sebuah operasi yang terlaksana
dengan sangat baik," kata Laksamana Christian Rune, komandan misi
anti-perompakan NATO.
Kapal NATO mendapat tugas mengacaukan
kemampuan bajak laut di lepas pantai dan kamp-kamp perompakan utama mereka. Untuk
itu, tambah perwira tinggi angkatan laut itu, tim NATO mengirim sinyal kuat
kepada perompak bahwa NATO dan masyarakat internasional tidak mentoleransi aksi
merek..
Sampai tahun 2011 ini NATO masih terus
mengibarkan perang terhadap perompak Somalia. Pada Sabtu, 12 Pebruari 2011
kapal NATO berbendera Denmark melontarkan tembakan peringatan yang meminta kapal
perompak untuk berhenti dan semua penumpangnya menyerah.
Pada Minggu, 13 Pebruari kapal perang NATO berhasil menangkap
kapal induk para parompak. Sebanyak 16 tersangka perompak ditahan. NATO juga
menemukan banyak senjata di dalam kapal, dan dua warga Yaman yang disandera. "Kapal
ini menjadi markas terapung para perompak. Kejahatan mereka sudah sangat
meresahkan perdagangan di laut," kata Komandan Haumann dari kapal HDMS
Esbern Snare.
Meski perang terhadap perompak telah
dikibarkan oleh tentara multinasional, tapi perompakan masih terus terjadi di
lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini. Kehadiran patroli angkatan laut
asing di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui
Teluk Aden hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi semakin jauh ke
Lautan India.
Pemerintah transisi Somalia yang
sedang menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi
perompak yang banyak dilakukan oleh rakyatnya. Mereka terlalu lemah untuk
menghadapi para perompak yang dari waktu ke waktu perlengkapannya semakin
canggih.
Kenapa Jadi Perompak?
Kenapa perompak Somalia begitu
merajalela? Ketika para gembong perang menggulingkan mantan diktator Mohamed
Siad Barre pada 1991, Somalia terperosok ke dalam kekacauan. Tanpa memiliki pemerintan
pusat yang kuat, Somalia tak mampu menghalau gelombang penangkapan ikan
secara gelap oleh pihak asing. Ini masih ditambah dengan penimbunan limbah
industri dan beracun di perairan Somalia oleh armada asing dari Eropa dan Asia.
Menjelang akhir dasawarsa 1990-an,
milisi dan nelayan lokal membentuk beberapa kelompok seperti “Penjaga Pantai
Somalia” dan “Penjaga Pantai Relawan Nasional”, guna mengusir atau menawan
kapal dari Korea Selatan, Italia, Spanyol, Thailand dan dari negara lain.
Tanpa banyak menemukan kesulitan mereka berhasil menangkap banyak
kapal asing. Karena begitu mudahnya menangkap kapal asing, kelompok-kelompok
pengawal pantai itu akhirnya berubah menjadi gerombolan bajak laut. Semakin lama
cara kerja yang digunakan oleh mereka semakin canggih dan berani.
Pada awalnya, mereka hanya menggunakan
kapal penangkap ikan untuk mendekati kapal besar. Dari kapal ini mereka
berusaha memanjat atau melemparkan tali. Dengan dilengkapi senjata api, mereka
merampas barang-barang berharga yang ada dalam kapal. Selain itu mereka juga
meminta tebusan.
Setelah mendapatkan banyak harta dan
uang, mereka membeli kapal cepat, alat pelacak dan senjata yang lebih hebat. Merekapun
akhirnya berhasil memiliki kapal induk. Dari kapal induk inilah mereka melepaskan
kapal-kapal kecil untuk memburu kapal-kapal yang sedang berlayar. Tentu yang menjadi sasaran adalah kapal
yang membawa barang-barang bernilai.
Dari kapal-kapal kecil itu, perompak naik ke kapal sasaran dengan
menggunakan pengait serta tangga. Perompak kadangkala melepaskan tembakan
melewati buritan guna menakuti-nakuti orang-orang di dalam kapal. Beberapa
kapal seringkali berusaha melakukan tindakan pertahanan dengan melakukan
gerakan zig-zag di laut atau bahkan menyemprot bajak laut dengan air dengan
menggunakan selang bertekanan tinggi.
Kebanyakan kapal tak bisa melakukan pertahanan. Sebab sesuai
peraturan kelautan internasional, mereka tidak boleh membawa senjata. Dalam waktu
yang relatif singkat biasanya para pelaut itu menyerahkan diri kepada para
perompak. Para sandera mengatakan mereka biasanya diperlakukan dengan baik.
Bajak laut memandang mereka sebagai orang biasa yang ditangkap dalam permainan
yang lebih besar.
Sebagian sandera bersaksi para perompak menyembelih dan
membakar kambing di kapal untuk memberi mereka makan. Kadang mereka menelepon
orang yang mereka cintai di rumah dari kapal yang dibajak.
Meskipun para tetua suku tak setuju dan mengutuk mereka sebagai
“tak bermoral”, jumlah perompak terus bertambah. Kini ratusan orang melakukan
kegiatan di bawah koordinasi jaringan gerombolan perompak.
Banyak pemuda miskin dan menganggur di Somalia memandang perompakan
sebagai pilihan mempesona bagi hidup mereka yang berat. Dari kegiatan seperti
ini mereka bisa mendapatkan uang dengan cepat. Rakyat Somalia akhirnya antri
untuk turun ke laut.
Gerombolan bajak laut tersebut umumnya
berpusat di desa dan kota kecil di sepanjang garis pantai Somalia, seperti di
Eyl, Hobyo dan Haradheere.
Banyak pengamat sependapat bahwa cara
terbaik dalam memadamkan perompakan di lepas pantai Somalia ialah dengan
mewujudkan kestabilan pemerintahan Somalia. Seperti diketahui selama 18 tahun
belakangan ini Somalia telah dikoyak-koyak oleh perang saudara yang melemahkan
pemerintahan..
Empat belas upaya guna memperkuat
pemerintah Somalia telah gagal sejak 1991. Upaya ke-15 lalu dirintis. PBB.
Banyak pihak yang berharap pemerintah Presiden Sheikh Sharif Ahmed, yang
didirikan awal 2009, melakukan tindakan yang terbaik untuk mewujudkan
perdamaian di Somalia.
Ahmed adalah seorang pemeluk Islam moderat dengan dukungan luas di
dalam dan luar Somalia.
Tapi ia menghadapi aksi perlawanan pejuang garis keras pro-Al-Qaeda. Pemerintahnya
hanya menguasai sedikit bagian ibukota Somalia, Mogadishu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar