Senin, 17 Januari 2011

10 Sniper Terhebat

Perang yang terjadi di berbagai belahan dunia sejak dulu hingga sekarang, telah melahirkan sejumlah sniper ulung. Siapakah di antara mereka yang terbaik. Pertanyaan semacam ini tak dapat melahirkan jawaban yang tunggal. Banyak versi yang dihasilkan karena kriteria yang digunakan berbeda.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan kehebatan para sniper di antaranya adalah jarak tembak, banyaknya korban yang berhasil dijatuhkan, dan kualitas korban yang berhasil ditembak. Berikut ini adalah daftar para sniper terhebat sepanjang sejarah.
No. 1. Simo Häyhä
Ia adalah seorang tentara Finlandia yang berhasil menorehkan rekor paling banyak membunuh musuh di medan perang.
Häyhä dilahirkan di kota Rautjärvi yang sekarang dekat dengan perbatasan Finlandia dan Rusia, dan mulai tugas militernya pada tahun 1925. Tugasnya sebagai sniper dimulai selama musim dingin (1939-1940) ketika terjadi perang antara Rusia dan Finlandia. Selama konflik Häyhä dapat bertahan pada temperatur dingin hingga -40 derajat celsius. Dalam waktu kurang dari 100 hari ia tercatat telah membunuh 505 orang, Jumlah korban mati mencapai 542 apabila termasuk yang tidak dapat dikonfirmasi. Di samping pembunuhan dengan senapan snipernya ia juga tercatat menembak mati sekitar 200 orang dengan senapan Suomi KP/31 Submachine sehingga total korbannya mencapai 705.
Bagaimana Häyhä melakukan semua ini benar-benar menakjubkan. Ia pada dasarnya seorang diri sepanjang hari, di tengah salju, menembak orang-orang Rusia, selama 3 bulan. Tentu saja ketika orang-orang Rusia itu menemukan tubuh membusuk para tentara yang terbunuh, mereka berpikir begitulah perang, yang pasti memakan korban. Tapi ketika disebut-sebut ada seorang laki-laki yang membawa senapan, mereka memutuskan mengambil tindakan. Pertama-tama mereka mengirim seorang kontra sniper. Ketika kontra sniper ini terbunuh, mereka memutuskan mengirim sebuah tim yang terdiri dari beberapa tentara kontra sniper. Ketika mereka semuanya tidak kembali, mereka mengirimkan seluruh batalion. Namun ternyata mereka semuanya menjadi korban dan tidak dapat menemukannya. Akhirnya mereka memerintahkan suatu serangan senjata berat, tapi tidak mendapatkan manfaat. Hayha benar-benar cerdik. Ia dengan sempurna melakukan penyamaran dengan warna putih. Ia menggunakan senjata yang lebih kecil disesuaikan dengan bingkainya yang lebih kecil (5ft3) untuk meningkatkan akurasi. Ia menggunakan suatu teropong besi untuk melihat target yang paling kecil (sebuah teropong menuntut sniper menaikan kepalanya untuk mengintai). Ia menyatu dengan salju di depan laras senapannya, sehingga ketika ia menembak tidak membuat posisinya kelihatan. Akan tetapi akhirnya ia tertembak rahangnya dengan peluru nyasar selama pertempuran pada 6 Maret 1940. Ia diangkut oleh tentaranya sendiri yang mengatakan separo kepalanya hilang. Akan tetapi ia tidak mati dan sadar kembali pada tanggal 13, ketika hari perdamaian diumumkan.
No. 2. Carlos Norman Hathcock II \
Hathcock memiliki satu rekor misi yang paling mengesankan di dalam Korps Marinir. Lupakan tentang lusinan kejuaraan menembak yang ia menangkan, selama perang Vietnam ia mencatat menembak mati 93 orang. Militer Vietnam menawarkan hadiah $30,000 bagi yang berhasil membunuhnya karena negara itu telah kehilangan banyak prajurit di tangannya. Pasaran untuk membunuh prajurit AS oleh NVA (Angkatan Bersenjata Vietnam Utara) secara tipikal hanya 8 dollar AS.
Adalah Hathcock yang melakukan penembakan paling terkenal dalam sejarah sniper. Ia menembak dalam jarak yang sangat jauh melewati teropong sniper musuh, mengena pada matanya, dan membunuhnya. Ketika sedang memburu sniper musuhnya, (yang sudah membunuh beberapa orang marinir),Hathcock melihat kilatan sinar yang terpantul dari teropong musuh ia menembaknya dengan satu tembakan yang paling akurat dalam sejarah. Hathcock beralasan bahwa satu-satunya cara, apabila kedua sniper saling mengarahkan teropongnya satu sama lain pada saat yang sama, adalah ia yang pertama harus menembak.
Dalam menjalankan sebuah misi, ia harus merangkak sekitar 1500 yard pada wilayah musuh untuk menembak seorang jenderal komandan NVA. Memerlukan waktu 4 hari 3 malam tanpa tidur untuk merangkak inci demi inci. Seorang tentara musuh hampir menginjaknya ketika ia berbaring melakukan kamuflase dalam suatu padang rumput. Pada titik yang lain ia hampir digigit ular jika ia tidak berkelit secara reflek. Ia akhirnya mencari posisi dan menunggu sang jenderal. Ketika jenderal itu sampai ia sudah siap. Ia menembakan satu peluru dan mengenai dada sang jenderal hingga mati. Para tentara mulai memburu sang sniper dan Hathcock harus merangkak kembali untuk menghindari deteksi. Mereka tidak pernah berhasil menangkapnya. Ia benar-benar memiliki syaraf baja.
No 3. Adelbert F. Waldron
Ia memegang rekor tertinggi dalam jumlah musuh yang berhasil ia bunuh dalam sejarah sniper Amerika. Akan tetapi itu bukanlah rekor pembunuhan yang mengesankan yang membuatnya menjadi salah satu yang terbaik, tapi juga karena akurasinya yang tinggi.
Mengutip ‘Inside the Crosshairs: Snipers in Vietnam’ yang ditulis oleh Kolonel Michael Lee Lanning, dikatakan:
“Suatu siang ia mengendarai sepanjang Sungai Mekong dengan perahu Tango ketika seorang sniper musuh di pantai menembak perahu. Sementara semua orang di atas perahu kesulitan menemukan musuh, yang menembak dari garis pantai yang jaraknya sekitar 900 meter, Sersan Waldron mengambil senapan snipernya dan menjatuhkan Vietcong dari atas pohon kelapa. (ini dilakukan dalam keadaan bergerak). Begitulah kemampuan sniper terbaik kita.”
No.4. Francis Pegahmagabow
Tiga kali mendapatkan medali militer dan dua kali luka serius, ia adalah seorang penembak jitu dan penunjuk jalan, yang telah mencatat pembunuhan 378 tentara Jerman dan menangkap 300 orang.lebih. Seolah membunuh hampir 400 tentara Jerman tidak cukup, ia juga mendapatkan medali karena menyampaikan pesan-pesan melewati hujan peluru pihak musuh yang sangat deras, Ia juga berjasa membuat usaha bantuan yang krusial ketika perwira komandannya dilumpuhkan. Ia berlari melewati tembakan musuh untuk mendapatkan lebih banyak amunisi ketika unitnya sedang berjalan lambat. Walaupun seorang pahlawan ada di antara tentara sahabat, ia nyaris dilupakan ketika ia pulang ke Kanada. Bagaimanapun juga ia adalah salah seorang sniper yang paling efektif dalam Perang Dunia I.
No 5.
-->Lyudmila Pavlichenko
Pada Juni 1941, Pavlichenko berumur 24 tahun dan Nazi Jerman sedang menyerang Uni Soviet. Ia berada di antara para sukarelawan pertama dan diminta bergabung dengan pasukan infanteri. Ia ditugaskan pada Tentara Merah Divisi Infanteri ke-25. Dari sana ia menjadi satu dari 2000 sniper wanita Soviet.
Ia awalnya menembak mati 2 orang dekat Belyayevka dengan menggunakan senapan Mosin-Nagant bolt action dengan teleskop P.E. 4-power. Itu terjadi selama konflik di Odessa. Ia ada di sana 2,5 bulan dan berhasil menembak mati 187 musuh. Ketika mereka dipaksa mencari lokasi baru, ia menghabiskan waktu 8 bulan berikutnya dalam pertempuran di Sevastopol di Crimean Peninsula. Di sana ia tercatat menembak mati musuh sebanyak 257 orang dan karena prestasinya ini ia dikutip oleh Dewan Angkatan Bersenjatan Wilayah Selatan total telah membunuh mati musuh sebanyak 309 orang selama Perang Dunia II. Sebanyak 36 di antaranya sniper musuh.
No. 6 Vasily Zaytsev
Zaytsev mungkin merupakan sniper terbaik di dunia berkat film ‘Enemy At The Gates’. Itu adalah sebuah film besar. Akan tetapi kebenarannya hanya sebatas pertempuran Stalingrad. Tidak ada Spesialis Sniper kontra Nazi dalam kehidupan nyata. Tidak juga untuk seperti yang terlihat di film. Memang benar Zaytsev dilahirkan di Yeleninskoye dan dibesarkan di Pegunungan Ural. Nama keluarganya berarti ‘hare‘. Sebelum Stalingradia bertugas sebagai pegawai administrasi di angkatan Laut Soviet tapi sesudah membaca tentang konflik di kota ia menawarkan bantuan secara sukarela di garis depan. Ia bertugas di 1047th Rifle Regiment. Zaytsev menjalankan sekolah sniper di Metiz factory. Para siswa yang berlatih disebut Zaichata, yang berarti ‘Leverets’ (Baby Hares). Ini adalah permulaan gerakan sniper di 62nd army. Diperkirakan sniper yang ia latih telah membunuh lebih dari 3,000 tentara musuh.
Zaytsev sendiri telah membunuh 242 jiwa antara Oktober 1942 sampai Januari 1943, tapi jumlah yang nyata mungkin mendekati angka 500. Di antaranya adalah Erwin Kónig.yang disebut-sebut sebagai sniper Wehrmacht dengan tingkat kecakapan yang sangat tinggi.
Zaytsev mengklaim dalam memoarnya bahwa duel terjadi selama tiga hari di reruntuhan Stalingrad. Detil tentang apa yang sebenarnya terjadi tidak cukup jelas, tapi menjelang akhir periode tiga hari Zaytsev telah membunuh sniper itu dan mengklaim teropongnya menjadi tropi yang paling berharga. Begitu berharganya tropi ini baginya menunjukan bahwa orang yang telah ia bunuh pastilah hampir sebaik Zaytsev sendiri.
No. 7 Rob Furlong
Ia adalah seorang bekas kopral Pasukan Kanada,. Ia pernah memegang rekor menembak jitu dalam sejarah dengan jarak 1,51 mil atau 2.430 meter.
Ini adalah pencapaian yang menakjubkan yang terjadi pada tahun 2002, ketika ia terlibat dalam Operasi Anaconda. Tim snipernya terdiri dari 2 kopral dan 3 kapten. Ketika tim senjata Al-Qaedah yang terdiri dari tiga orang bergerak ke posisi tepi pegunungan ia mulai membidik. Furlong dilengkapi dengan senapan McMillan Brothers Tac-50 kaliber .50 dan mengisinya dengan peluru A-MAX. Ia menembak dan meleset. Tembakan keduanya mengenai rangsel musuh yang ada di belakang punggungnya. Ia untuk ketiga kalinya menembak, tapi sekarang musuh tahu ia berada di bawah serangan. Jarak tempuh untuk setiap peluru sekitar 3 detik karena jauhnya jarak tembakan, waktu yang cukup bagi musuh untuk berlindung. Akan tetapi kaum militant yang tertegun menyadari apa yang terjadi begitu singkat sehingga tembakan menghujam dadanya.
Rekor jarak tembak terpanjang dicatat oleh CoH Craig Harrison, yang membunuh pada jarak 2.475 m (2,707 yard). Ia adalah seorang sniper dari Household Cavalry Angkatan Bersenjata Inggris. Itu terjadi dalam suatu kontak pada bulan Nopember 2009. Pada peristiwa itu dua orang Taliban bersenjata mesin terbunuh di selatan Musa Qala di Propinsi Helmand Afghanistan dengan dua tembakan berturut-turut oleh CoH Harrison dengan senapan jarak jauh Accuracy International L115A3 yang diisi dengan .338 Lapua Magnum.
Menurut Balistik JBM Ballistics, dengan menggunakan drag coefficients (Cd) yang dipasok Lapua, L115A3 diperkirakan memiliki jangkauan supersonik (kecepatan suara 329,3 m/detik) atau 1.375 m (1,504 yard) di bawah kondisi International Standard Atmosphere pada ketinggian laut (kepadatan udara ρ = 1,225 kg/m3) dan 1.548 m (1.693 yard) pada ketinggian 1.043 m (3.422 kaki) (kepadatan udara ρ = 1,1069 kg/m3) dari Musa Qala. Ini menunjukan bagaimana perbedaan kondisi lingkungan secara signifikan mempengaruhi perjalanan peluru.
CoH Craig Harrison menyebutkan dalam laporan bahwa kondisi lingkungan benar-benar sempurna untuk tembakan jarak jauh, tidak ada angin, udara ringan, pandangan jelas.. Mr. Tom Irwin, seorang direktur Akurasi Internasional, pabrik senapan L115A3 Inggris mengatakan: “Itu masih masuk akal akurasi dari jarak 1,500 m (1.640 yard), tapi lebih jauh dari itu keberuntungan memainkan peranan yang penting.”
Kontras dengan itu, banyak tembakan Koalisi/AS untuk mendukung operasi di Irak yang jangkauannya jauh lebih pendek, walaupun dalam suatu insiden penting pada 3 April 2003, Kopral Matt dan Sam Hughes, dua orang yang tergabung dalam tim sniper Angkatan Laut Kerajaan, yang diperlengkapi dengan senapan L96 masing-masing membunuh target dari jarak 860 meter (941 yard). Karena harus dilakukan dalam pengaruh angin kuat, tembakan diarahkan dengan tepat 17 meter (56 kaki) ke arah kiri target agar peluru mengikuti angin 
No. 9 Sgt Grace
Saat itu, tanggal 9 Mei 1864, Sgt Grace, seorang sniper Konfederasi, membuat tembakan yang luar biasa dan kematian yang paling ironis dari seorang target di dalam sejarah. Itu terjadi selama pertempuran Spotsylvania ketika Grace melakukan tembakan dengan Senjata British Whitworth. Targetnya adalah Jenderal John Sedgwick (lihat foto) dan jarak tembaknya 1000 yard. Suatu jarak yang sangat jauh kala itu. Selama permulaan perang, para penembak jitu Konfederasi telah membuat orang-orang Sedgwick merunduk menyelamatkan diri. 
Sedgwick menolak untuk merunduk dan dikutip mengatakan, “Apa? Kalian mengelak dengan cara seperti ini hanya karena peluru tunggal? Apa yang kalian lakukan ketika mereka menembak dengan jarak sejauh itu? Saya malu padamu. Mereka tidak dapat menembak gajah dengan jarak itu.” Para prajurit tetap berusaha merunduk. Ia mengulang, “Mereka tidak dapat menembak gajah dengan jarak seperti itu” Pada tembakan kedua, peluru Grace berhasil menembus tepat pada mata kirinya. Sedgwick adalah korban pihak Union yang memiliki pangkat tertinggi di dalam Perang Saudara AS. Mendengar kematiannya Lt. Gen. Ulysses S. Grant secara berulang-ulang bertanya “Apakah ia benar-benar mati?”.
Nomor 10 Thomas Plunkett
Apa yang membuat tentara Irlandia ini menjadi besar adalah bahwa ia telah menembak jenderal Perancis yang hebat, Auguste-Marie-François Colbert.
Selama pertempuran di Cacabelos pada tahun 1809, Plunkett, dengan menggunakan Senjata Baker, menembak jenderal itu pada jarak sekitar 600 meter. Dengan menggunakan persenjataan yang sangat tidak akurat pada awal abad ke-19, ini adalah sebuah pencapaian yang mengesankan, atau kemujuran yang tak terduga. Plunkett tidak ingin teman-teman tentaranya berpikir ia mencapai prestasi hanya karena keberuntungan memutuskan untuk menembak lagi sebelum kembali ke posnya. Ia mengisi senjatanya lagi dan membidik sekali lagi perwira tinggi yang datang memberikan bantuan pada jenderal. Ketika tembakannya juga mengenai target yang dibidik, menjadi bukti Plunkett benar-benar seorang penembak jitu. Setelah itu ia kembali ke posnya untuk menyaksikan wajah-wajah temannya yang terkesan.
Sebagai perbandingan para tentara Inggris yang semuanya bersenjata ‘Brown Bess muskets’dan dilatih menembak dari jarak 50 meter,. Plunkett melakukannya 12 kali lebih jauh sebanyak dua kali.

Tidak ada komentar:

Recent Post

Artikel Paling Banyak Dibaca Sepanjang Waktu